"Dari Anas, ia berkata: Adalah Nabi salallahu 'alaihi wa sallam, apabila berbuka beliau mengucapkan:
Bismillah, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla Rizqika Aftartu
Mengapa? Alasannya adalah sebagai berikut:
PERTAMA:
Di sanad hadist ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly. Dia seorang perawi yang lemah.- Imam Dzahabi mengatakan di kitabnya Adl-Dhu'afa : Bukan hanya satu orang saja yang telah melemahkannya.
- Kata Imam Ibnu 'Ady: Ia menceritakan hadits-hadits yang tidak boleh dituruti.
KEDUA:
Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan.- Kata Muhammad Nashiruddin Al-Albani: Dia ini lebih jelek dari Ismail bin Amr Al-Bajaly.
- Kata Imam Abu Dawud, Abu Zur'ah dan Ibnu Hajar: Matruk.
- Kata Imam Ibnu 'Ady: Umumnya apa yang ia riwayatkan tidak boleh diturut. [ref: lihat Mizanul I'tidal 2/7]
- Sepengetahuan saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat): Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan membawakan riwayat Thabrani ini di Risalah Puasa tapi beliau diam tentang derajad hadits ini.
- .....
Yang menjadi pertanyaannya adalah walaupun berdasarkan ilmu hadits bahwa hadits di atas --dan beberapa hadits yang relevan tentang do'a berbuka puasa-- telah di-dlo'if-kan, apakah itu bermakna kita tidak boleh beramal dengan do'a itu? Sehingga apakah dalam berdo'a itu kita harus mengamalkan do'a yang shahih dari Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam ataukah bebas berdo'a asalkan tidak melanggar etika berdo'a?
Menurut Sheikh Abdul Karim Al-Khudayr, do'a di luar sholat boleh dibaca dengan bahasa apa saja. Menurut beliau lagi walaupun lebih afdal dibaca do'a-do'a ini dalam bahasa Arab karena ia masih termasuk ruang lingkup ibadat.
[Ref: Majmu' al-Fataawa, 22/488-489]
"Manusia hendaklah berdo'a dengan do'a-do'a yang dibenarkan dalam syariat yaitu yang datang dari Al-Quran dan Sunnah! Karena sesungguhnya didalamnya tidak ada keraguan mengenai fadilat dan kebaikannya, dan sesungguhnya ia adalah jalan yang lurus. Ulama Islam dan Imam-Imam agama telah menyatakan do'a-do'a ini yang ada didalam syariah, dan berpaling dari do'a-do'a yang direka-reka (bid'ah), maka hendaklah kita mengikuti mereka didalam perkara itu."
[Ref: Majmu' al-Fataawa, 1/346,348]
Sedangkan, waktu berbuka merupakan salah satu daripada saat-saat do'a itu dikabulkan oleh Allah SWT.
Sheikh Al-Islam menyatakan:
"Do'a akan dijawab sewaktu hujan turun, tatkala berada di medan pertempuran, ketika azan dan iqamah, di dalam Solat, ketika sujud, do'a orang yang berpuasa, do'a orang musafir, do'a orang yang dizalimi, dan sebagainya. Kesemua ini telah datang dari hadith-hadith yang ma'ruf didalam kitab Sahih dan Sunan."
[Ref: Majmu’ al-Fataawa, 27/129-130]
Do'a dan puasa merupakan ibadat, dan sudah tentu bacaan-bacaan yang diketahui benar datang dari Nabi saw menjadi keutamaannya untuk diamalkan. Sudah tentu pula dibulan yang penuh berkat ini, umat Islam ingin mencapai semaksimal mungkin derajat ibadatnya kepada Allah swt. Sehingga ini termasuklah membaca do'a berbuka puasa yang terbaik yang dapat dikaitkan dengan Nabi saw seperti do'a dibawah ini:
"Umar berkata: Nabi Rasulullah saw ketika berbuka puasa berkata:
Zahabaz Zama'u wabtallatil 'uruuqu wathabatal Ajru Insya Allah."
[Hadith diriwayatkan oleh Abu Daud #2357, Al-Daaraquthni #25, Ibn Hajar dalam al-Talhis al-Habiir (2/202)]
Al-Daaraquthni mengatakan bahawa hadith ini isnadnya Sahih.
Untuk detailnya silahkan lihat pada artikel Adab dan Doa Berpuasa.
No comments:
Post a Comment