Bulan Ramadhan bulan yang penuh rahmah dan berkah. Bulan yang penuh dengan pengampunan dan pembebasan dari api neraka. Buat kita orang tua, yang telah berpuluh kali menjalani puasa tentu sudah tahu apa tujuan, makna dan faedah puasa, tapi bagaimana dengan anak-anak kita ?
Apa yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita tentunya mendorong kita untuk semakin memperhatikan pendidikan anak-anak kita agar mereka bisa menjadi anak-anak yang sholeh dan solihah . Anak-anak yang ketika dewasa nanti bisa menjadi muslim yang baik, anak yang taqwa dan selalu mendahulukan Allah, ketika kita harus pergi menghadap Allah, dia bisa menyembahyangkan dan selalu mendoakan kita pula, ketika kita menjadi penghuni alam barzah.
Untuk itu marilah kita manfaatkan semaksimal mungkin kesempatan emas dengan datangnya Ramadhan yang mulia ini untuk memberikan latihan-latihan ruhiyah bagi anak-anak kita, dengan mempersiapkan dan melatih mereka menjalankan ibadah puasa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Kapan anak sudah bisa kita latih berpuasa?
Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak sebuah hadits ketika seseorang bertanya kepada Rosulullah tentang:
"Kapan seorang anak dilatih untuk shalat?"
Rosulullah menjawab:
"Jika ia sudah dapat membedakan tangan kanan dan tangan kirinya."
Kalau kita memperhatikan hadits di atas, menurut bapak ibu usia berapa anak kita bisa membedakan tangan kanan dan tangan kirinya? Tentu sekitar 2 sampai 3 tahun bukan?
Pada hadits yang lain Rosulullah saw bersabda:
"Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia 7 tahun dan pukullah ia pada usia 10 tahun (jika meninggalkannya)"
(HR Abu Daud dan Tirmidzi dari Sabrah bin Ma'bad Al-Juhani ra).
Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam mengatakan bahwa perintah mengajar shalat ini dapat disamakan untuk ibadah lainnya seperti shoum dan haji bila telah mampu.
Mengikuti kedua hadits dan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa seperti halnya shalat maka puasapun sudah dapat diperkenalkan pada anak sejak mereka berusia dua atau tiga tahun, yaitu ketika mereka sudah tahu membedakan tangan kanan dan tangan kirinya. Kalau memang sudah demikian kata Rosulullah tentu tidak ada alasan buat kita membantahnya.
Bagaimana dasar ilmiyah dan psikologisnya melatih anak anak sejak dini?
1. Hasil temuan tentang otak yang dipublikasikan bulan Oktober tahun 1997 di Amerika menunjukkan bahwa pada saat lahir Alllah itu membekali manusia dengan 1 milyar sel-sel otak yang belum terhubungkan satu dengan yang lainnya. Sel-sel ini akan saling berhubungan bila anak mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang, perhatian, belaian bahkan bau keringat orang tuanya. Hubungan sel-sel tersebut mencapai trilliun begitu anak berusia 3 tahun.
Dari usia 3 sampai 11 tahun terjadi apa yang disebut proses restrukturisasi atau pembentukan kembali sambungan-sambungan tersebut. Hal-hal yang tidak ulang-ulang akan menjadi lapuk dan gugur. Bila temuan ini kita hubungkan dengan hadits di atas, maha benar Rosulullah bahwa kita perlu memperkenalkan berbagai hal kepada anak kita termasuk di dalamnya masalah beribadah sedini mungkin dan mengulang-ulangnya selama 7 tahun, sehingga pada usia 10 tahun anak kita bukan saja sudah mampu melakukannya dengan baik tapi juga insya Allah telah memahami makna pentingnya ibadah tersebut sehingga ia rela menerima sanksi bila ia tidak menunaikan ibadah tersebut dengan baik.
2. Kita mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah, sehingga mudah dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan orang tuanya.
3. Pada usia muda, anak menerima nilai dan kebiasan yang kita tanamkan dengan mempercayainya tanpa argumen . Usia 0-3 tahun ego anak belum begitu berkembang sehingga dia tidak seperti anak yang lebih besar yang egonya sudah mengalami perkembangan lebih baik, sehingga gampang protes.
4. Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagi pembentukan kepribadiannya kelak. Hal-hal yang baik maupun buruk yang terjadi dimasa balita mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupannya kelak.
5. Memanfaatkan daya ingat anak yang kuat semasa kecil seperti pepatah Arab : Belajar diwaktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air.
6. Sebelum usia 5 tahun tokoh identifikasi anak adalah orang tua. Bila dia bertambah besar dan lingkungan pergaulannya sudah melebar dari hanya rumah maka anak juga mulai mengidentifikasi orang-orang lain di sekitarnya.
7. Mendidik anak tidak sama dengan mengajar. Mendidik anak adalah membantu anak mencapai kedewasaan baik dari segi akal, ruhiyah dan fisik. Jadi apa yang kita lakukan adalah membantu anak untuk kenal dan tahu sesuatu, kemudian dia mau dan bisa kemudian menjadi biasa dan terampil mengamalkannya. Hal ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tetapi juga kemauan yang kuat, kasabaran, keuletan dan semakin awal memulainya semakin baik.
Bagaimana kiatnya? Kiat utamanya adalah seperti apa yang tergambar dari riwayat bawah ini:
Imam Bukhari dan Muslim meriwyatkandari Ar-Rubaiyyi binti Muawwidz, berkata :
Rosulullah saw mengutus seseorang pada pagi hari Asyura ke perkampungan orang-orang Anshor, katanya:
"Siapa yang pagi ini berpuasa maka hendaklah ia berpuasa dan menyempurnakan puasanya.Maka kamipun menyempurnakan puasa pada hari itu dan kami mengajak anak-anak kami berpuasa.Mereka kami ajak ke masjid, lalu kami beri mereka mainan dari benang sutera.Jika mereka menangis minta makan kami berikan mainan itu, sampai datang waktu berbuka."
Hadits di atas mengajarkan kepada kita metode yang tepat dalam melatih anak beribadah yaitu melalui 'bermain'.
Bukankah bermain itu dunia anak-anak? Dan sudah pasti mereka menyukainya.
Bagi kita orang tua,walaupun kelihatannya sepele hal ini tidaklah mudah. Bagaimana menyampaikan apa yang kita tahu tentang puasa itu dengan cara yang menyenangkan kalau bisa melalui bermain. Ini melalui persiapan dan ketekunan. Apa saja yang perlu dilakukan?
1.PERSIAPAN
a. Persiapan Ruhiyah dan Akal
Anak yang akan dilatih perlu dipersiapakan dulu mental/ruhiyahnya dan akalnya.Semua keharusan dan larangan dalam berpuasa dijelaskan dan disajikan dalam bentuk cerita, demikian juga faedah dan ganjaran yang akan diperoleh. Dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut gunakan kalimat yang positif, ringkas dan jelas serta menggunakan contoh yang kongkret. Misalnya,
"Kalau kita puasa, kita makan paginya lebih cepat, makan siangnya ditahan dan makan malamnya pas waktu maghrib tiba."
Jangan dikatakan bahwa kalau puasa itu kita tidak makan sepanjang hari, dari pagi sampai sore.
Begitu juga saat menjelaskan manfaat puasa bagi kesehatan, yaitu dengan mengumpamakan perut kita sebagai mobil yang jalan terus tanpa pernah diservis. Tentu mobil itu akan rusak. Nah sekarang perut kita perlu istirahat waktu siang saja, supaya tidak mudah rusak. Kan perut kerjanya juga seperti mesin mobil dstnya.
Pahala Ramadhan juga diceritakan dengan mengambil kisah-kisah nabi dan apa yang dialami Rosulullah. Cerita ini bisa didapatkan di toko-toko buku. Dalam persiapan mental ini agar anak dibawa berkunjung ke rumah kakek nenek atau famili, teman tetangga untuk saling bermaafan sebelum menjalankan puasa.
Ajarkan niat berpuasa. Kita harus menyampaikan yang sebenarnya, bahwa berpuasa itu dimulai sejak matahari terbit sampai matahari tenggelam. Bukan kalau umurnya sekian bisa sepertiga hari kalau sedikit lebih besar bisa setengah hari. Tetapi kalau anak tidak kuat mereka bisa berbuka.
b. Persiapan Fisik
Pastikan anak dalam kondisi kesehatan yang prima sebelum Ramadhan mulai. Jika perlu lakukan pemeriksaan kesehatan. Libatkan anak baik untuk membersihkan rumah maupun menghiasnya. Hiasan yang dibuat sebaiknya ditentukan oleh anak sendiri. Latih anak dengan lagu-lagu yang gembira atau nasyid mengenai Ramadhan.
2. PELAKSANAAN
- Jadikan rumah bernuansa shoum dengan tidak meletakkan makanan di tempat yang terbuka.
- Tidak ada yang makan di depan anak yang berpuasa, termasuk menyuapi adik kecil di depan mereka.
- Berusaha menjauhkan anak dari teman-temannya yang tidak berpuasa.
- Memberitahukan guru bahwa anak berpuasa, sehingga di sekolahpun anak mendapat dorongan.
- Bila anak merengek lapar, besarkan hatinya. Buatlah mainan seperti yang disebut dalam hadits tadi, bacakan cerita atau mengerjakan pekerjakan pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan energi.
- Usahakan agar siang hari anak tidur siang dahului dengan membaca cerita atau bermain ditempat tidur.
- Siapkan menu berbuka dan sahur yang sesuai dengan kesukaannya.
- Patokannya: cukup gizi, halal dan baik, aman bagi kesehatan, tidak terlalu dingin, panas, pedas atau asam.
- Libatkan anak untuk menyiapkan bukaan. Siapkan makanan yang manis-manis ( 3 butir korma = 2.000 kalori).
- Buatlah jadwal imsakiyah yang menarik dengan gambar warna-warni. Gambar ini kalau bisa berfungsi untuk menghitung berapa hari anak sudah berpuasa.
- Siapkan hadiah setiap hari untuk anak, walaupun itu bentuknya pujian, dekapan dan ciuman, makanan buka puasa, membacakan buku cerita, main congklak bersama, stiker kecil atau hal-hal lain sesuai dengan keadaan dan kreatifitas orang tua.
- Hindari suasana membangunkan yang tergesa-gesa dan tegang. Siapkan dulu makanan dan minuman yang disukai dan bangunkan anak dengan menyebutkan nama makanan tersebut. Untuk anak yang lebih besar tanyakan bagaimana cara yang dia inginkan untuk dibangunkan sahur. Dan ikuti kesepakatan tersebut.
- Variasikan makan waktu sahur, bisa roti, kentang atau mie. Perhatikan minum anak, karena mereka tidak boleh kekurangan cairan. Minuman tidak harus air, kalau ada rezeki bisa susu atau jus buah. Selama berlatih tetaplah peka akan kondisi anak, jangan sampai? anak terlalu lemah atau mengalami dehidrasi.
Kaidah melatih anak untuk shoum.
Dalam menjalankan pelatihan ini ada beberapa hal yang sangat perlu kita perhatikan:
1. Kegiatan ini harus dipahami sebagai kegiatan pelatihan, pengkondisian dan penyiapan anak agar akrab denagn aktifitas ibadah bukan hal yang final.
Ini adalah proses pendidikan jadi bukan hasil yang kita harapkan. Oleh karena itu kebijaksanaan yang diterapkan harus tetap fleksibel bergantung pada keadaan anak, umur, fisik dan mentalnya.
2. Anak-anak masih dalam proses tumbuh kembang, supaya diperhatikan agar proses pelatihan shoum ini tidak mengabaikan kenyataan ini. Artinya anak balita yang shoum harus diperhatikan kebutuhan gizi dan tidurnya selama pelatihan berlangsung. Karena jika tidak, pelatihan ini akan berubah menjadi penganiayaan anak.
3. Pendidik harus istiqomah niat dan tekadnya karenba Allah azza wa jalla bukan supaya tidak malu jika ditanya teman atau untuk meningkatkan status sosial di masyarakat. Ingatlah pahala yang dijanjikan karena pada hakekatnya keberhasilan pelatihan ini bukan melulu prestasi anak namun lebih menunjukkan pada prestasi orang tua karena merekalah yang banyak berperan baik sebagai promotor maupun sebagai supervisor.
4. Ada banyak dampak psikologis yang harus dimengerti orang tua:
a. Anak biasanya akan menjadi sedikit rewel karena puasa menimbulkan ketidakseimbangan fisik dan mental biasanya sekitar jam 10.00 pagi, selepas dzuhur, ketika ashar dan menjelang berbuka. Perhatikanlah jam-jam rewel anak dan siapkan diri.
b. Puasa melatih anak untuk bisa mengendalikan dorongan dalam dirinya sehingga bisa menahan pemuasan segera (melatih kecerdasan emosi)
c. Puasa menumbuhkan kemampuan anak untuk merasakan kesulitan orang lain dan memupuk rasa santun pada orang-orang yang kurang beruntung.
d. Membantu anak memiliki akhlaq mulia terutama jujur. Allah swt melihat dan tahu apakah anak puas atau tidak.
e. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama kareana suasana dan semua orang Islam di seluruh dunia melakukannya.
f. Pelatihan puasa membuat anak menjadi lebih dekat dan akrab dengan orang tuanya.
5. Saat pelatihan shaum sebaiknya orang tua mengurangi kegiatannya dan jika bekerja di kantor usahakan segera pulang bila jam kantor telah selesai.
Wallahu'alam.
Contributed by: Al Hikmah (Tim Buah Hati)
No comments:
Post a Comment