Orang tua kita dahulu mengajarkan,” nak.. kalau habis menguap, jangan lupa istighfar ya..” Gayungpun bersambut, lalu muncul lah presepsi bahwa beristighfar setelah menguap itu termasuk sunnah atau ada perintahnya dari Nabi. Anggapan ini tersebar luas di masyarakat.
Apakah anggapan ini benar ?
Sebagai seorang mukmin tentu kita tak ingin beramal hanya sekedar beralasan anggapan atau praduga, tanpa dalil yang melandasi amalan tersebut. Karena hukum asal dari ibadah itu dilarang, sampai ada dalil yang memperintahkan.
Tak ada salahnya bila kemudian kita mempertanyakan,
” Apakah benar istighfar setelah menguap itu sunnah?” Kemudian mencari jawaban dari penjelasan para ulama rabbani.
Syaikh Muhammad Mukhtar Asy-Syinqithi hafidzohullah pernah ditanya mengenai permasalahan ini. Setelah beliau memuji Allah dan bershalawat kepada RasulNya, beliau menjawab,
” Tidak ada perintahnya beristighfar (setelah menguap). Tak ada dzikir-dzikir khusus yang berkaitan dengan menguap, tidak pula diperintahkan untuk beristi’adzah setelah menguap. Oleh karena itu kita mencukupkan diri dengan amalan-amalan yang ada dalilnya.
Diriwayatkan dari Nabi shallallahu’alaihiwasallam bahwa beliau memerintahkan seorang yang menguap untuk menahannya.
Dan (perlu kita ketahui) bahwa amalan sunnah itu ada beberapa macam:
- Ada dalam bentuk perkataan
- kemudian ada dalam bentuk perbuatan saja
- ada pula yang berupa perkataan dan perbuatan sekaligus… ”
Nabi tidak mengatakan ,” Bila kalian menguap maka beristi’adzahlah.” Padahal bersamaan dengan itu beliau juga bersabda,” Menguap itu dari setan.”
Ini dalil bahwa beristi’adzah setelah menguap itu bukan termasuk sunnah (red. tuntunan Nabi). ” ( Silsilah liqa al-baba al-maftuh, juz 22)
Meski fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin di atas hanya menyinggung permasalahan isti’adzah setelah menguap, namun secara subtansi pernyataan beliau tersebut juga ada kaitannya dengan masalah yang sedang kita bicarakan, yaitu beristighfar setelah menguap sama-sama tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu’alaihiwasallan.
Sehingga bisa pula kita katakan, “Nabi shallallahu’alaihiwasallam tidak bersabda ,” Bila kalian menguap maka beristighfarlah.”
Akan tetapi Nabi bersabda, “…bila salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin. Bila ia tak mampu menahannya, maka hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangannya.”
Lalu Apa yang Disunnahkan Tatkala Menguap ?
Di atas telah disinggung bahwa amalan sunnah yang berkaitan dengan menguap adalah amalan sunnah dalam bentuk perbutan, bukan ucapan atau dzikir tertentu.
Diantara amalan yang disunnahkan tatkala seorang menguap adalah menahannya semampu mungkin.
Hal ini karena telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin.” (HR Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan,
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Oleh karena itu bila salah seorang dari kalian bersin lantas dia memuji Allah, maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan “yarhamukallah”). Adapun menguap, maka dia dari setan. Maka bila seorang menguap hendaklah dia menahan semampunya. Bila seorang menguap sampai keluar ucapan ‘haaah’, setan akan menertawainya.” (HR. Al-Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)
Kemudian bila tak mampu menahannya, maka tutuplah mulut dengan tangan. Karena Rasulullah shallallahua’alaihiwasallam pernah bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian menguap maka hendaklah menutup mulut dengan tangannya karena syeitan akan masuk (ke dalam mulut yang terbuka). ” (HR. Muslim no.2995 (57) dan Abu Dawud no.5026)
Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua.
…..
Derman, Sumbermulyo, 17 Agustus 2014
—
Penulis: Ahmad Anshori
Muroja’ah: Ustadz Said Yai, MA
Artikel Muslim.Or.Id
No comments:
Post a Comment